[Fanfic] Another Eastern Land chapter 2

Posted by Unknown On 2017年9月6日 Add Comments

Another Eastern Land
Penulis : Eternal Wind
Source : Touhou Project

Chapter 2

“Tenang sekali”

Aku terbangun dari pingsanku kemarin. Kakiku terbujur kaku dan tidak bisa digerakkan, seberapapun usaha yang kulakukan untuk menggerakkannya. Akhirnya aku terbaring lemas setelah kehabisan tenaga untuk bangun dari kasur. Kini aku terbaring di sebuah ruangan luas beralaskan tatami dengan pintu geser layaknya ruangan tradisional Jepang pada umumnya. Lantas aku berpikir, dimanakah aku sekarang? Apa aku berada di dalam kuil yang kukejar tadi? Kumpulan pertanyaan terus menggema dalam otakku. Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki yang tak teratur datang ke ruangan dimana aku berada. Terlihat dari pintu geser transparan tersebut sepasang bayangan manusia, yang satu gadis berambut hijau tadi dan yang satu lagi….anak kecil dengan topi berhiaskan mata katak di atasnya.

“Oh, kamu sudah sadar ya, syukurlah”

“Jadi ini cowok yang kau pungut di tangga kuil itu?”

“Iya, dia terlihat sangat capek dan tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri”

Mereka asik berbicara tanpa menghiraukan keberadaanku. Aku langsung memotong pembicaraan mereka.

“Hmm, ini dimana ya?”

“Kamu sedang berada di dalam kuil Suwa, salah satu kuil Shinto di Gensokyo, dunia paralel dimana siluman dan manusia hidup berdampingan” ujar wanita berambut hijau.

Tunggu, kuil Suwa katamu? Tapi letaknya berbeda dengan yang kudatangi sebelumnya. Kemudian Gensokyo, dunia yang aneh, mana mungkin siluman dan manusia bisa hidup berdampingan? Hmm, kalau yang dia katakan benar, berarti aku berada di dunia lain layaknya beberapa cerita populer di dunia yang kutinggali. Ah, tapi sebagian besar ceritanya mainstream dan terlalu heroik, jadi ya bisa saja kemunculanku di dunia lain ini tidak sekeren cerita dunia lain yang terkenal dan pasaran itu.
“Ngomong-ngomong, kalian penghuni kuil ini?”

“Ya, perkenalkan namaku Kochiya Sanae, miko dari kuil ini. Dan yang ada di sampingku adalah buyutku, Moriya Suwako.”

“Senang berkenalan denganmu, anak muda. Hmm, siapa namamu?”

“Nagakaze Shin, ‘pendatang baru’ di dunia ini.”

Ya, kami berkenalan satu sama lain. Jadi, cewek ini namanya Sanae ya. Kalau dipikir-pikir dia cantik juga, ditambah dengan proporsi ideal serta dynamite body miliknya, aku yakin pasti ada yang mengincar dirinya. Nampaknya Tuhan memberiku rezeki yang banyak hari ini. Bayangkan saja, sudah dapat barang-barang antik terus didatangi cewek cantik dengan dynamite bodynya. Terima kasih Tuhan. Tapi melihat Suwako, rasanya aku agak skeptis mengenai tubuhnya. Tak mungkin buyut memiliki tubuh yang awet muda. Ya, awet muda juga ga kayak gini juga.

Oke, cukup basa-basi dan kinky thinkingnya. Aku jadi penasaran, kenapa aku bisa datang ke dunia lain, layaknya kisah Alice in Wonderland, hanya saja tidak ada makhluk yang unik dan lebay. Mereka pasti tahu penyebabnya, dan sepertinya mereka juga tahu seluk beluk dunia ini.

“Tapi, sebelumnya aku melihat kuil ini sebelum benar-benar berada di dunia lain yang kau sebut Gensokyo ini”

“Oh, itu ya. Kuil yang kamu lihat sebelumnya itu adalah Kuil Suwa…hmm…bagaimana ya menjelaskannya”

“Kuil yang sekarang kau lihat ini Kuil Suwa di dunia lain. Kuil yang sama namun berbeda dari aslinya.”

Parallel World. Dunia lain yang sama namun ada sedikit perbedaan diantaranya. Gua tempat benda pusaka tadi juga tidak ada disini, melainkan di lembah gunung batu ini. Oh ya, mana benda pusakaku?

“Kochiya-san….”

“Sanae, Shin-kun”

“Oke oke. Sanae, kamu lihat tasku?”

“Ada di ruang sebelah. Sebelum kami memindahkanmu ke sini, kamu dibaringkan sementara untuk pertolongan pertama. Awalnya, aku mau memindahkan tas itu, tapi terlalu berat jadi kubiarkan saja”

“Kalau begitu, biar aku….”

“Jangan bangun ! Kakimu belum bisa digerakkan, biar aku yang ambil tasnya.”

Sanae bergegas bangun dan pergi ke ruang sebelah dengan cepat. Ah, bodoh juga aku, masih saja memaksakan diri. Di dunia paralel ini, aku mulai beradaptasi dengan lingkungan baru ini. Namun, aku tidak bisa santai saja disini. Meski aku pergi ke luar asrama pada hari Sabtu, aku harus kembali beraktifitas, pergi ke kampus, menyelesaikan pekerjaan rumah, dan merapikan kamar. Sembari memikirkan hal itu, tiba-tiba pandanganku teralihkan ke arah luar ruangan, terlihat Sanae sedang membawa tas dengan kondisi yang tampak letih. Suara erangannya membuat pikiranku juga ikut teralihkan. Bagaimana tidak, suaranya mirip suara rangsangan wanita ketika sedang….ah sudah-sudah, kenapa aku berpikiran mesum di saat-saat seperti ini. Simpan pikiran mesummu untuk lain kali, Shin ! Sekelebat petir menyambar di dalam otakku yang menyuruhku untuk membantunya, tapi aku hanya bisa terbaring diam karena kakiku yang tak bertenaga. Sanae berhasil kembali ke hadapanku, dengan muka merah, napas terengal-engal, dan tubuh yang penuh keringat. Tak kuat menahan tasku yang sepertinya berat, dia menjatuhkannya dan membuat tasku memuntahkan seluruh isinya, termasuk barang pusaka yang kuambil tadi.

“Hah…hah…hah…hah”

“Apa seberat itu tasku? Perasaan enteng tuh tas.”

“Tas ini berat tahu!”, ketus Sanae dengan suara yang agak lantang.

Tiba-tiba, Sanae langsung fokus pada salah satu benda yang berserakan dari muntahan tasku.

“Ini….Hakkero ! Dimana kamu menemukannya?”

“Di gua yang letaknya lumayan jauh dari kuil…sebelum pindah ke Gensokyo ini”

“Ini mirip seperti Hakkero milik seseorang di Gensokyo ini….Oh, bahkan aku merasakan aura magis dalam benda ini.”

“Eh? Begitukah? Nampaknya benda ini biasa saja, tak ada sesuatu yang spesial apalagi aura magis.”

Kalau begitu, benda pusaka yang lainnya juga memiliki aura magis. Apa semuanya sudah direncanakan oleh seseorang yang mengirimku ke dunia ini? Oh iya, aku ingat satu hal dan langsung menanyakannya.

“Sanae, sebelumnya adakah orang yang mengalami hal yang sama sepertiku? Tiba-tiba, langsung terpental ke Gensokyo ini dengan seketika.”

“Belum ada, Shin-kun. Namun, ada beberapa orang yang mampu menguasai border yang memisahkan dunia luar dan Gensokyo.”

“Oh seperti itu ya”

“Memangnya kenapa Shin-kun?”

“Kemarin, aku tiba-tiba dikagetkan oleh suara misterius yang merasuki mimpiku. Kemudian, suara tersebut menuntunku untuk pergi ke dalam gua dan mengambil pusaka. Saat aku keluar dari gua, aku sudah berada di dunia ini.”

“Oh, aku mengerti !”

“Ada apa Sanae?”

“Kalau tidak salah sekitar 4 bulan lalu, banyak orang-orang dari dunia luar berdatangan ke Gensokyo, persis seperti kejadian yang kamu alami saat ini. Sampai-sampai miko dari kuil Hakurei kewalahan dan akhirnya memulangkan mereka semua.”

Wah, kalau benar begitu, artinya aku bisa pulang ke rumah ! Aku harus bertemu dengan miko dari kuil Hakurei ini. Pasti dia bisa memulangkan ku kembali ke dunia luar.

“Sanae, bisakah aku bertemu dengan miko yang kau sebut itu?”

“Bisa sih, tapi nanti aja ya setelah kamu sembuh.”

Benar juga yang dikatakan Sanae, sekarang kesembuhanku yang paling pertama kuselesaikan. Setelah sembuh, aku harus membantunya sebagai rasa terima kasihku karena sudah merawat dan menyembuhkanku.

Tanpa disadari, matahari sudah berpamitan dengan dunia dan malam pun sudah datang menyelimuti dunia ini. Dengan ramah dan penuh senyum, Sanae tampak senang saat membawakan makan malam ke hadapanku. Menu makan malamnya cukup mewah, gyuudon lengkap dengan wasabi dan shoyu sebagai lauknya, serta buah-buahan dan kue mochi sebagai makanan penutup. Berkat makanan mewah itu, tenagaku sudah mulai pulih dan mulai bisa berjalan meski rasa sakit masih terasa di kakiku. Karena masih penasaran dengan lingkungan kuil ini, aku memutuskan untuk pergi mengelilingi kuil. Sanae tiba-tiba berdiri dan berkata bahwa ia akan menemaniku saat mengelilingi kuil. Baik dan ramah juga gadis ini. Dibilang pergi menemani, lebih tepat disebut memandu karena ia juga mengenalkan ruangan dan tempat-tempat di area kuil Moriya. Ketika masuk ke ruang utama kuil, aku melihat Suwako dan seorang wanita berbaju merah dengan shimenawa besar menggantung di punggungnya.

“Oh, kamu ya, cowok yang datang dunia lain,” ucap wanita itu.

“Ya, begitulah. Aku juga tak tahu kenapa bisa terlempar ke Gensokyo ini.”

“Shin, perkenalkan, dia adalah Kanako-sama, dewa yang menguasai kuil ini,” ujar Sanae kepadaku.

Pantas saja, terlihat sekali dari penampilan dan gaya bicaranya. Selaku pendatang, aku langsung membungkuk kepadanya dan berterima kasih karena sudah menampungku. Begitu pula kepada Sanae dan Suwako yang sudah merawatku dengan penuh perhatian.

“Shin, tak perlu sungkan-sungkan. Sudah menjadi kewajiban untuk menolong sesama yang kesusahan,” Kanako mengatakannya sambil menyuruhku berhenti membungkuk.

“Shin-kun sopan ya,” ujar Sanae sembari tertawa kecil.

“Tapi ya, sebenarnya dewa disini bukan hanya Kanako saja Shin,” Suwako mengucapkannya dengan penuh percaya diri.

“Suwako juga dewa kuil ini Shin, walaupun derajatnya sedikit di bawahku sih,” ejek Kanako

“Huuh, sembarangan. Begini juga aku kuat tahu !” ketus Suwako dengan amarah kekanak-kanakannya.

Kami bertiga tertawa melihat ekspresi Suwako saat itu. Lalu, aku sedikit bertanya mengenai dunia ini kepada Kanako.

“Kanako-san, sebenarnya dunia yang disebut Gensokyo ini seperti apa sih? Kelihatannya tidak jauh berbeda dengan Jepang”

“Jadi begini Shin, Gensokyo ini sebenarnya dunia terselubung yang sama persis dengan dunia yang kamu tinggali. Meski begitu, sejauh ini wilayah Gensokyo masih diliputi tradisi dan kearifan budaya Jepang”

Mendengar hal itu, dapat dipastikan kalau dunia ini adalah Parallel World. Namun pernyataan Kanako  tersebut mengaktifkan otakku menyikapi hal yang janggal disini.
“Tapi kalau memang betul ini adalah Jepang, harusnya lingkungannya tak seperti ini, dan warganya juga banyak. Nampaknya ini adalah dunia lain.”

“Sebenarnya dunia ini dibatasi oleh sebuah penghalang yang dijaga oleh miko kuil Hakurei, dan siapapun yang masuk ke dunia ini akan dilupakan dan dianggap tidak ada oleh dunia luar yang kau tinggali selama ini,” ujar Kanako

Apa? Berarti selama ini aku “mati” di dunia ini. Cih, percuma saja sudah memungut benda pusaka yang ketemukan kemarin lusa. Betapa bodohnya aku menuruti suara misterius itu.

“Namun, kamu bisa kembali ke dunia asalmu Shin. Kamu hanya tinggal pergi ke kuil Hakurei dan pasti kamu akan dipulangkan ke dunia luar”

Setidaknya aku lega karena bisa kembali ke rumah setelah mendengar hal itu. Dalam hati terbersit untuk langsung pergi besok dan meninggalkan dunia ini, namun rasanya tak sopan kalau aku tidak membalas budi mereka yang sudah merawatku. Tak lama kemudian, Suwako melanjutkan pembicaraan.

“Shin, sebaiknya kamu tinggal dulu disini untuk sementara waktu.”

“Lho, kenapa?”

“Belakangan ini, para siluman mulai berkeliaran dengan bebas. Bahkan pada siang hari pun tak ragu-ragu menampakkan wujudnya.” ujar Kanako.

Wanita berambut pendek setinggi bahu ini menjelaskan bahwa akhir-akhir ini siluman sering berkeliaran di Gensokyo untuk memangsa manusia, tak jarang banyak desa yang kehilangan warganya baik siang maupun malam hari. Pihak desa pun meminta bantuan kepada pendeta kuil Hakurei dan Moriya untuk mengatasi para siluman tersebut namun tetap saja masih belum mampu mengatasi permasalahan ini.

“Kalau begitu, berarti aku juga harus bisa menjaga diri. Besok aku mau coba latihan dengan benda-benda pusaka yang kudapat belum lama ini.”, pikirku saat itu.

“Aku tahu kamu masih belum terbiasa disini dan ingin segera pulang ke dunia luar, tapi untuk sementara ini jangan coba-coba keluar dari area kuil Moriya ini.”, ujar Kanako.

“Ya, aku sendiri juga belum ada  niat untuk pulang ke rumah meskipun sebenarnya ingin pulang.”, ucapku.

Suwako tiba-tiba bertanya kepadaku.

“Kamu gak keberatan kan?”

“Gak kok”


Tak lama kemudian, Sanae menguap dengan kerasnya menandakan ia sudah mengantuk. Percakapan hari itu diakhiri dengan kembalinya penghuni kuil ke tempat peristirahatannya masing-masing. Namun aku masih memikirkan suatu hal, akankah aku bisa pulang dengan selamat? Meski aku belum niat untuk pulang, tapi aku merindukan rumah. Ya, mudah-mudahan aku bisa pulang suatu saat nanti. Tak lama kemudian, rasa kantukku membuat diriku terjun ke dunia gelap gulita.

Leave a Reply

Powered by Blogger.

Popular Posts

Visitor

Flag Counter

Weekly post

Copyright © 2012 Eternal Wind | Haiyore! Nyaruko-san Theme | Designed by Johanes DJ